Analisis Puisi
Makna dari Puisi
Puisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki artian ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Perubahan di bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusu lewat penataan bunyi.
Puisi berbeda dari bentuk-bentuk sastra lain. Biasanya, puisi terikat oleh irama dan sajak. Dalam puisi yang berirama, tekanan atau tempo dalam tiap baris mengikuti pola yang berulang dalam tiap bait, seperti bait dari sebuah lagu. Dalam puisi yang bersajak, baris-barisnya diakhiri kata yang berbunyi sama. Penyair menikmati kata-kata yang bersajak-dan berirama.
Puisi yang fibacakan dapat lebih dihayati, baik oleh pendengar ataupun pembacanya jika diperhatikan aspek lafal, nada, intonasi, dan tekanannya. Lafal meliputi kejelasan kita dalam mengucapkan kata-kata dalam puisi. Nada meliputi cara suasana kita membawakan puisi yang bernuansa sedih, semangat, atau bahkan syahdu. Adapun intonasi puisi yang dibacakan menyangkut bagaimana kita membuat jeda antarkata ataupun antarbaris dalam puisi.
Memahami puisi merupakan kegiatan apresiasi. Untuk memahami sebuah puisi kita harus memahami pilihan kata dan gaya bahasa yang digunakan penyair dalam puisinya. Pilihan kata akan menimbulkan rasa bahasa dan keindahan puisi.
Dalam kesempatan ini, saya akan mencoba menjelaskan puisi karya Apip Mustofa berjudul "TUHAN TELAH MENEGURMU" yang memiliki pemilihan kata yang menarik.
Puisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki artian ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Perubahan di bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusu lewat penataan bunyi.
Puisi berbeda dari bentuk-bentuk sastra lain. Biasanya, puisi terikat oleh irama dan sajak. Dalam puisi yang berirama, tekanan atau tempo dalam tiap baris mengikuti pola yang berulang dalam tiap bait, seperti bait dari sebuah lagu. Dalam puisi yang bersajak, baris-barisnya diakhiri kata yang berbunyi sama. Penyair menikmati kata-kata yang bersajak-dan berirama.
Puisi yang fibacakan dapat lebih dihayati, baik oleh pendengar ataupun pembacanya jika diperhatikan aspek lafal, nada, intonasi, dan tekanannya. Lafal meliputi kejelasan kita dalam mengucapkan kata-kata dalam puisi. Nada meliputi cara suasana kita membawakan puisi yang bernuansa sedih, semangat, atau bahkan syahdu. Adapun intonasi puisi yang dibacakan menyangkut bagaimana kita membuat jeda antarkata ataupun antarbaris dalam puisi.
Memahami puisi merupakan kegiatan apresiasi. Untuk memahami sebuah puisi kita harus memahami pilihan kata dan gaya bahasa yang digunakan penyair dalam puisinya. Pilihan kata akan menimbulkan rasa bahasa dan keindahan puisi.
Dalam kesempatan ini, saya akan mencoba menjelaskan puisi karya Apip Mustofa berjudul "TUHAN TELAH MENEGURMU" yang memiliki pemilihan kata yang menarik.
TUHAN TELAH MENEGURMU
Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
Lewat perut anak-anakyang kelaparan
Tuhan teleh menegurmu dengan cukup sopan
Lewat semayup suara adzan
Tuhan telah menegurmu dangan cukup menahan kesabaran
Lewat gempa bumi yang berguncang
Deru angin yang meraung-raung kencang
Hujam dan banjir yang melintang-pukang
Adakah kau dengar?
(Laut Biru Langit Biru, 1977)
Karya Apip Mustopa
Lewat perut anak-anakyang kelaparan
Tuhan teleh menegurmu dengan cukup sopan
Lewat semayup suara adzan
Tuhan telah menegurmu dangan cukup menahan kesabaran
Lewat gempa bumi yang berguncang
Deru angin yang meraung-raung kencang
Hujam dan banjir yang melintang-pukang
Adakah kau dengar?
(Laut Biru Langit Biru, 1977)
Karya Apip Mustopa
Puisi tersebut menggunakan pilihan kata yang menarik yaitu “menegur” yang berarti sama dengan mengingatkan. Dalam puisi ini penyair mencoba menjelaskan tentang berbagai macam teguran atau peringatan Tuhan kepada manusia. Walaupun sudah diperingatkan berkali-kali dengan sopan, Tuhan pun harus menahan kesabaran-Nya. Ini terbukti dari kalimat “cukup sopan” dan “menahan kesabaran” dari puisi diatas.
Dalam puisi ini juga digunakan gaya bahasa yang dapat menguatkan makna puisi. Baris puisi “Deru angin yang meraung-raung kencang” menggunakan gaya bahasa penginsanan(personifikasi), yaitu menganggap benda mati memiliki kemampuan seperti makhluk hidup. Selain majas personifikasim banyak majas lain yang sering muncul dalam puisi.
Tentunya setelah bisa memahami kira-kira bagaimana pembacaan puisi dengan baik, kita dapat menentukan bagaimana lafal, nadan tekanan, hingga intonasi yang baik. Misalnya, puisi tersebut dibacakan dengan lafal yang jelas dan nada yang begitu syahdu. Adapun tekanannya digunakan di berbagai baris tertentu dengan intonasi yang jelas di bagian tertentu pula.
Sebutkan semua majas yg terkandung dalam puisi tuhan telah menegurmu.
BalasHapus