Sabtu, 05 Desember 2015

Perencanaan Penulisan Karya Ilmiah



Dalam merencanakan penulisan karangan ilmiah kita harus memperhatikan 6 aspek yang perlu kita teliti dan analisa. Aspek-aspek tersebut sangat akan memberikan tanggapan yang baik bagi para pembaca karangan ilmiah yang kita buat. Ke-6 aspek tersebut diantaranya : Pemilihan Topik, Pembatasan Topik, Pemilihan Judul, Penentuan Tujuan Penelitian, Menentukan Kerangka Karangan, dan Langkah-langkah Penulisan Ilmiah. Dari ke-6 aspek diatas mari kita bahas satu-persatu.
a. Pemilihan Tema dan Topik
Pemilihan topik merupakan hal terpenting dalam penulisan ilmiah, karena pemilihan topik menentukan batasan-batasan isi atau permasalahan yang akan dibahas selanjutnya. Dalam memilih topik karya ilmiah, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan :
1.      Topik yang akan di pilih harus ada di sekitar penulis sesuai minat dan kemampuan.
2.      Topik yang di gunakan merupakan topik paling menarik untuk dikaji.
3.   Topik yang dikaji hendaknya ada manfaatnya untuk menambah ilmu pengetahuan atau berkaitan dengan profesi.
4.      Pembahasan harus terpusat pada segi lingkup sempit dan terbatas.
5.      Memilki data dan fakta yang obyektif serta mencukupi.
6.      Harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya meskipun sedikit.
7.      Harus memiliki sumber acuan atau bahan kepustakaan yang bisa dijadikan referensi.

      b.  Pembatasan Masalah
Seorang penulis harus membatasi topik yang akan digarapnya. Setiap penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup dan terbatas sehingga tulisannya dapat terfokus. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan :
1.      Pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah dilakukan.
2.      Penentuan judul dapat dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah atau setelah selesai penulisan karya ilimiah tersebut.
3.    Penentuan judul karya ilmiah harus dapat menjawab dari pertanyaan yang mengandungunsure 4W + 1H yakni what (apa), why (kenapa), who (siapa), where (dimana) dan how (bagaimana).

      c.  Pemilihan Judul
Pemilihan topik atau lebih konkritnya judul, akan menggambarkan tingkat kedalaman dan cakupan dari sebuah penelitian yang akan dibahas. Bagi pembaca judul akan dianggap mewakili bobot sebuah hasil penelitian yang akan ditulis, bahkan merupakan gambaran mutu tulisan yang akan digarap. Secara umum, kriteria judul yang baik adalah :
1.    Topik yang diteliti mengandung masalah yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Lebih baik kalau topik yang diajukan lebih spesifik, menarik, dan aktual secara akademik dan secara praktis.
2.     Belum banyak diteliti orang lain. Kalaupun sudah ada penelitian lain, studi ini mengambil sisi lain, sisi tertentu, yang selama ini tidak memperoleh perhatian.
3.   Diungkapkan dalam kalimat yang simpel, tetapi mampu menunjukkan dengan jelas independent variable dan dependent variable-nya.
4.      Judul harus dapat menunjukkan problematik yang terkandung di dalam tema yang akan diteliti.
5.     Sebaiknya judul dibuat dengan kalimat ganda. Kalimat pertama bersifat umum yang kemudian diikuti dengan ungkapan yang menunjukkan fokus persoalan yang dikaji. Dalam kaitan ini, harus dihindari ungkapan/kalimat yang mengesankan bersifat snob/bombastis.

      d.Menentukan Tujuan Penelitian
Menetapkan tujuan yaitu menyampaikan maksud dari penulisan karya ilmiah atau penelitian yang akan di buat, sehingga pembaca dapat mengetahui manfaat yang diperoleh dari karangan ilmiah tersebut. Namun kita harus seksama, sering kali penulis memberikan tujuan yang sangat luas sehingga topik yang dibahas keluar dari apa yang sudah dibataskan.

      e.  Menentukan Variabel Penelitian
Tugas peneliti adalah mencari hubungan yang menarik dan penting, yang menerangkan maslah yang diamati. Hubungan tersebut dikaitkan dengan teori dan hasil penelitian orang lain, dan dirumuskan dalam bentuk hipotesa. Konsep pokok diukur dengan variabel yang diberi definisi khusus oleh peneliti, agar dapat menguji hipotesa penelitian. Penggolongan dan penyederhanaan hubungan agar mudah dimengerti. Mempelajari masalah, hubungan dan memilih variabel dapat menjelaskan hubungan sosial yang dianggap perlu diperhatikan. Penelitian dari orang lain, pengamatan secara akal sehat, pedoman baik menentukan variabel kontrol yang tepat. 

     f. Hasil Penelitian
Laporan hasil penelitian ilmiah disebut juga laporan penelitian atau laporan ilmiah. Laporan penelitian ialah karya tulis ilmiah yang disusun melalui tahap – tahap berdasarkan teori tertentu dan menggunakan metode ilmiah yang sudah disepakati ole para ilmuwan.
Laporan penelitian mempunyai karakteristik berikut :
1.       Disusun untuk menjawab atau memecahkan suatu persoalan.
2.       Ditulis atas dasar hasil pengamatan atau observasi.
3.       Ditulis dengan menggunakan bahasa yang lugas dan resmi.

Sistematika laporan penelitian sebagai berikut :
1)      Judul
2)      Kata pengantar
3)      Abstrak
4)      Daftar isi
5)      Daftar tabel
6)      Daftar gambar
7)      Daftar lampiran
8)      Bab pendahuluan
9)      Bab telaah kepustakaan
10)  Bab metode penelitian
11)  Bab kesimpulan dan rekomendasi
12)  Bab pembahasan hasil penelitian
13)  Daftar pustaka
14)  Lampiran – lampiran
     
g. Kesimpulan
            Penulisan karya ilmiah memerlukan perancanaan yang matang. Pemilihan topik karya ilmiah harulah topik yang dikuasai oleh penulis. Karya ilmiah bersumber dari hasil pengamatan, penelitian, dan pengalaman. Topik karya ilmiah pun diubah menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Keberhasilan penulisan karya ilmiah merupakan salah satu jendela pengalaman menuju kedalam dunia kerja nantinya.

Sumber :

Selasa, 13 Oktober 2015

Bahasa



1. Peranan dan Fungsi Bahasa

Berbicara adalah salah satu kemampuan manusia yang membedakannya dari makhluk lain. Beberapa jenis mamalia dan burung memiliki “bahasa” sederhana berupa bunyi. Namun, kemampuan berbicara manusia jauh lebih berkembang.


1.1 Pengertian Bahasa

Bahasa adalah suatu cara menyusun kata-kata untuk mengungkapkan gagasan. Bahasa manusia berkembang selama ribuan tahun. Masyarakat di berbagai belahan bumi memakai bahasa yang berbeda. Ada bahasa yang memakai kata yang sama dengan bahasa di negara tetangga. Kini ada sekitar 5.000 bahasa di dunia. Dialek (bahasa utama menurut versi setempat) jauh lebih banyak lagi.

Pada awalnya manusia berkomunikasi dengan menggunakan tulisan gambar, berupa gambar-gambar kecil tentang berbagai hal yang ingin diungkapkan. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya, sejak lama telah dipergunakan untuk mengadakan komunikasi antara anggota masyarakat. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi sebagai disebut tadi mengandung banyak segi yang lemah.

Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks dari pada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Sekarang ini sangat sulit bagi kita untuk membayangkan asal dan perkembangan kebudayaan umat manusia yang  begitu kompleks tanpa bahasa.



1.2 Aspek Bahasa

Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbiter, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata. Ia merupakan simbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu. Simbol adalah tanda yang diberikan makna tertentu, yaitu mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap panca indra.

Berarti bahasa mencakup dua bidang, yaitu bunyi vokal yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, dan arti atau makan yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal dengan barang atau hal yang  diwakilinya itu. Bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendengar kita ( yang diserap panca indra kita), sedangkan arti adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan dari orang lain.



Bahasa dapat ditinjau dari tujuh aspek, yaitu:

  1. Bahasa merupakan sebuah sistem, artinya bahasa susunan kata-kata yang teratur dan jika kehilangan salah satu unsur akan merubah atau merancukan sebuah arti dalam kalimat. 
  2. Bahasa merupakan sistem tanda, artinya sudah ada kesepakatan atau konvensi bahwa sebuah bahasa dapat mewakili suatu hal atau peristiwa yang dipahami bersama dalam satu.
  3. Bahasa merupakan sistem bunyi karena dasar dari bahasa adalah bunyi dan tulisan merupakan aspek atau alternatif kedua yang tidak kalah pentingnya. 
  4. Bahasa merupakan konvensi atau kesepakatan dari pengguna suatu bahasa. 
  5. Bahasa itu produktif, artinya bahasa intensitas penggunanya sangat tinggi dan vital. 
  6. Bahasa itu unik setiap bahasa mempunyi sistem yang berbeda dan beragam penamaan dan penggunaannya. 
  7. Bahasa merupakan identitas suatu kelompok sosial yang menggambarkan ciri budaya.

1.3 Fungsi Bahasa

Semua bahasa yang ada di dunia pasti memiliki fungsi. Berikut fungsi dari bahasa :

  • Bahasa sebagai sarana komunikasi
  • Bahasa sebagai sarana kontrol sosial
  • Bahasa sebagai sarana ekspresi diri
  • Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
  • Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar
  • Bahasa membangun karakter
  • Bahasa Mengembangkan profesi
  • Bahasa sarana menciptakan kreatifitas baru

2. Ragam dan Laras Bahasa

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.

Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk dalam berbagai laras sesuai dengan fungsi pemakaiannya. Jadi, laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah, laras ilmiah populer, laras feature, laras komik, laras sastra, yang masih dapat dibagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel, dan sebagainya. Setiap laras memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Setiap laras dapat disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk standar, semi standar, atau nonstandar.



2.1 Hal yang Berhubungan dengan Ragam dan Laras



a. Latar belakang daerah penutur. Ragam bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh latar belakang daerah penuturnya menimbulkan ragam daerah atau dialek. Dialek adalah cara berbahasa Indonesia yang diwarnai oleh karakter bahasa daerah yang masih melekat pada penuturnya.



b. Latar belakang pendidikan penutur. Berdasarkan latar belakang pendidikan penutur, timbul ragam yang berlafal baku dan yang tidak berlafal baku khususnya dalam pengucapan kosakata yang berasal dari unsur serapan asing. Kaum berpendidikan umumnya melafalkan sesuai dengan lafal baku. Namun, untuk yang kurang atau tidak berpendidikan, pelafalan diucapkan tidak tepat atau tidak baku.



c. Situasi pemakaian, sikap, dan hubungan sosial penutur. Berdasarkan hal ini, timbul ragam formal, semiformal, dan nonformal. Ragam formal digunakan pada situasi resmi atau formal, seperti di kantor, dalam rapat, seminar, atau acara-acara kenegaraan. Ragam formal menggunakan kosakata baku dan kalimatnya terstruktur lengkap. Ragam formal juga dipakai jika penutur berbicara pada orang yang disegani atau dihormati, misalnya pimpinan perusahaan. Ragam semiformal dan nonformal biasa dipakai pada situasi tidak resmi seperti di warung, di kantin, di pasar, pada situasi santai, dan akrab.



d. Ruang lingkup pemakaian atau pokok persoalan yang dibicarakan di lingkungan kelompok penutur. Banyak persoalan yang dapat menjadi topik pembicaraan dalam kehidupan sehari-hari. Saat membicarakan topik tertentu, seseorang akan menggunakan kosakata kajian atau khusus yang berhubungan dengan topik pembicaraan tersebut.

Sumber : 
- Ensiklopedia populer
- http://dokumen.tips/documents/makalah-ragam-dan-laras-bahasa-indonesia.html
- http://www.academia.edu/8797109/Ragam_Laras_dan_Variasi_Bahasa










Minggu, 07 Juni 2015

Kasus Korupsi FIFA



Insiden penangkapan beberapa pimpinan FIFA di Zurich terkait dugaan korupsi, penyuapan hingga pemerasan telah mencoreng citra Federasi Sepak Bola Dunia. Dalam proses penangkapan yang diprakarsai FBI, terjaring kurang lebih sembilan nama diantaranya Jeffrey Webb, yang menjabat posisi wakil presiden FIFA dan ketua Federasi Concacaf yang mencakup Amerika Utara dan Tengah.

Setelahnya jaksa penuntut AS (Amerika Serikat) menuding beberapa pejabat FIFA melakukan pemerasan, penipuan dan pencucian uang yang melibatan puluhan juta dolar selama waktu 24 tahun. Mereka yang dituntut dalam kasus di AS itu dituduh menerima suap dan sogokan yang diperkirakan mencapai lebih dari USD150 juta atau setara dengan Rp 1,9 triliun dalam periode waktu 24 tahun, mulai tahun 1991.
 
Nama-nama pejabat lain yang ditangkap yakni Eduardo Li, Julio Rocha, Costas Takkas, Eugenio Figuerido yang juga merupakan wakil presiden, Rafael Esquivel, dan Jose Maria Marin. Sementara itu Jaksa penuntut di Swiss juga telah membuka investigasi terpisah untuk menelisik proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 di Rusia dan 2022 di Qatar.

Jaksa Agung, Lorreta Lynch coba menjelaskan detail kasus tersebut dengan mengatakan beberapa eksekutif FIFA menggunakan posisi mereka untuk mengumpulkan suap. Lynch mengatakan tuduhan yang dilontarkan diantaranya termasuk menerima suap untuk memberikan hak media dan pemasaran untuk turnamen sepakbola, menerima suap untuk mempengaruhi keputusan lokasi turnamen – termasuk Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan dan Copa America 2016 di AS, pemerasan serta kegiatan ilegal terorganisir, pencucian uang dan penipuan transaksi atau penerimaan uang dengan cara penipuan.

Berikut 9 pejabat FIFA yang ditangkap FBI:

1. Jeffrey Webb: Wakil Presiden FIFA, Anggota Komite Eksekutif FIFA, Presiden CONCACAF, Anggota Komite Eksekutif Uni Sepak Bola Karibia (CFU), Presiden Asosiasi Sepak Bola Kepulauan Cayman (CIFA).

2. Jack Warner: Mantan wakil presiden FIFA dan anggota komite eksekutif, presiden CONCACAF, Presiden CFU dan penasihan khusus Federasi Sepak bola Trinidad dan Tobago (TTFF).

3. Eduardo Li: Anggota Komite Eksekutif FIFA, CONCACAF, dan Presiden Federasi Sepak Bola Kosta Rika (FEDEFUT).

4. Julio Rocha: Pejabat bidang pengembangan FIFA. Mantan Presiden Uni Sepak Bola Amerika Tengah (UNCAF) dan Presiden Federasi Sepak Bola Nikaragua (FENIFUT).

5. Costas Takkas: Atase Presiden CONCACAF, Mantan Sekjen Federasi Sepak Bola Kepulauan Cayman (CIFA).

6. Eugenio Figueredo: Wakil Presiden FIFA dan anggota Komite Eksekutif FIFA, mantan Presiden CONMEBOL, mantan Presiden Federasi Sepak Bola Uruguay (AUF).

7. Rafael Esquivel: Anggota Komite Eksekutif CONMEBOL dan Presiden Federasi Sepak Bola Venezuela (FVF).

8. Jose Maria Marin: Anggota Komite Organisasi FIFA untuk turrnamen sepak bola Olimpiade, dan Mantan Presiden Federasi Sepak Bola Brasil (CBF).

9. Nicolas Leoz: Mantan anggota Komite Eksekutif FIFA dan Presiden CONMEBOL.

Penangkapan ini cukup mengejutkan, karena tujuh petinggi FIFA di atas ditangkap saat akan menghadiri Kongres FIFA ke-65 di Zurich, Swiss, Jumat 29 Mei mendatang. Agenda Kongres ini sendiri adalah memilih Presiden FIFA di mana incumbent Sepp Blatter akan bertarung dengan Pangeran Yordania, Prince Ali bin Husein yang juga menjabat Wakil Presiden FIFA untuk kawasan Asia.

Analisis : Tak hanya di Indonesia, FIFA yang merupakan federasi sepak bola internasional kini sedang menghadapi kasus korupsi yang dilakukan oleh petinggi-petinggi nya.  Sepp Blatter sendiri diperiksa oleh aparat AS  mengenai kasus korupsi FIFA.  Kasus korupsi ini menyebabkan konflik di dalam FIFA mengenai pemilihan presiden FIFA. Pada pemilihan pertama Sepp Blatter mengungguli  Prince Ali dalam pemilihan. Prince Ali kemudian mengundurkan diri dari pemilihan, sehingga Sepp blatter kembali memimpin FIFA. Ia telah menjadi presiden FIFA sejak tahun 1998, namun pada tanggal 2 Juni 2015 lalu, Sepp blatter mengundurkan diri  menjadi presiden FIFA. Blatter menyerukan untuk mengadakan pemilihan presiden FIFA baru secepat mungkin untuk  mengatasi kasus korupsi FIFA ini. “FIFA membutuhkan orang-orang jujur,” begitu kata legenda Brazil, Pele.

source:


Insiden

source: http:
Insiden pena

source: http://soccer.sindonews.com/read/1006561/59/ini-detail-kasus-korupsi-fifa-143283992
Insiden penangkapan beberapa pimpinan FIFA di Zurich terkait dugaan korupsi, penyuapan hingga pemerasan telah mencoreng citra Federasi Sepak Bola Dunia. Dalam proses penangkapan yang diprakarsai FBI, terjaring kurang lebih sembilan nama diantaranya Jeffrey Webb, yang menjabat posisi wakil presiden FIFA dan ketua Federasi Concacaf yang mencakup Amerika Utara dan Tengah.

Setelahnya jaksa penuntut AS (Amerika Serikat) menuding beberapa pejabat FIFA melakukan pemerasan, penipuan dan pencucian uang yang melibatan puluhan juta dolar selama waktu 24 tahun. Mereka yang dituntut dalam kasus di AS itu dituduh menerima suap dan sogokan yang diperkirakan mencapai lebih dari USD150 juta atau setara dengan Rp 1,9 triliun dalam periode waktu 24 tahun, mulai tahun 1991.

Dilansir BBC, Jumat (29/5/2015) nama-nama pejabat lain yang ditangkap yakni Eduardo Li, Julio Rocha, Costas Takkas, Eugenio Figuerido yang juga merupakan wakil presiden, Rafael Esquivel, dan Jose Maria Marin. Sementara itu Jaksa penuntut di Swiss juga telah membuka investigasi terpisah untuk menelisik proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 di Rusia dan 2022 di Qatar.

Jaksa Agung, Lorreta Lynch coba menjelaskan detail kasus tersebut dengan mengatakan beberapa eksekutif FIFA menggunakan posisi mereka untuk mengumpulkan suap. Lynch mengatakan tuduhan yang dilontarkan diantaranya termasuk menerima suap untuk memberikan hak media dan pemasaran untuk turnamen sepakbola, menerima suap untuk mempengaruhi keputusan lokasi turnamen – termasuk Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan dan Copa America 2016 di AS, pemerasan serta kegiatan ilegal terorganisir, pencucian uang dan penipuan transaksi atau penerimaan uang dengan cara penipuan

source: http://soccer.sindonews.com/read/1006561/59/ini-detail-kasus-korupsi-fifa-1432839927