Kamis, 01 Mei 2014

Manusia dan Penderitaan.

Penderitaan Nabi Muhammad SAW Menjelang Ajalnya

A. Penderitaan
Penderitaan adalah sebuah keniscayaan, yang menimpa setiap mahluk hidup. Dengan demikian penderitaan menurut saya adalah sesautu yang harus diterima dan harus dinikmati sebagai sebuah konsekuensi hidup. Kenikmatan, kebahagiaan tidak akan terasa tanpa pernah kita mengalami sebuah penderitaan. Persoalannya adalah bagaimana cara kita memandang dan memperlakukan penderitaan itu untuk kekuatan kita.
Tidak akan ada yang terbebas dari penderitaan atau masalah selama menjalani kehidupan di dunia ini. Karena dunia adalah tempat bertemunya kesenangan dan penderitaan. Semua orang akan mengalami penderitaan dalam hidupnya. Yang membedakan bagaimana cara menyikapinya. Menjadikan penderitaan sebagai masalah yang menyakitkan atau penderitaan sebagai obat yang menyembuhkan jiwa.

Hakekat penderitaan
  • Dikhotomi, artinya penderitaan dan kebahagian memiliki hubungan yang saling berkesinambungan dari pengalaman hidup manusia, tidak ada penderitaan jika tidak ada kebahagian
  • Universal, unik , spesifik artinya bahwa seluruh manusia yang ada di dunia pasti tahu (mengenal, mengerti arti penderitaan. Setiap orang pernah merasakan menderit, berat-ringannya dipersepsi secara individual.
  • Kontradiktif, artinya penderitaan secara jasmani akan mendatangkan kebahagian secara rohani dan penderitaan duniawi akan mendatangkan kebahagian akhirati.
B. Siksaan
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan jasmani dan rohani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Siksaan digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan.

C. Penderitaan Nabi Muhammad SAW menjelang ajalnya
Nabi Muhammad SAW merupakan nabi besar agama islam dan nabi yang terakhir. Ditegaskan dalam agama Islam bahwa tidak akan ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad. Beliaulah yang menyempurnakan agama Islam, seperti yang tertera pada firman Allah:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.” (Al-Maaidah: 3)

Islam telah sempurna. Tetapi, dalam mengemban tugasnya, beliau mengalami banyak sekali halangan. Beliau diasingkan, dicaci-maki, diincar untuk dibunuh, dan rintangan yang lainnya. Usai menyelesaikan tugas nya dalam menyebarkan agama Islam, beliau merasa waktunya didunia ini hanya tinggal sebentar.

D. Detik-detik Menjelang Sakaratul Maut
Dikisahkan saat itu beliau sedang sakit keras. Banyak tabib-tabib berusaha untuk menyembuhkan tetapi kondisi beliau tak kunjung membaik. Rasul sempat memberikan khutbah singkat yang berisi : “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan Cinta Kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah hanya kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur’an. Barang siapa yang mencintai Sunnahku berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku".
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca. Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Ustman menghela nafas panjang dan Ali menundukan kepalanya dalam-dalam. “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” itulah yang dipikirkan sahabat saat itu.
Diceritakan kembali saat beliau sedang istirahat dirumahnya ditemani oleh anaknya, Fatimah. Seseorang datang mengucapkan salam untuk meminta izin masuk kerumah. Tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah.
Rasul pun menjelaskan: “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. dialah Malaikat Maut,” kata Rasulullah. Fatimah pun menahan tangisnya.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan Ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini,” ujar Rasulullah mengaduh lirih.

Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

“Jijikkah engkau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu, wahai Jibril?” tanya Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu.

Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direngut ajal,” kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tak tertahankan lagi.

“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku.”

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.


“Peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu”

Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
            Itulah penderitaan Rasulullah saat menjelang sakaratul mautnya. Beliau merasakan sakit dan siksaan yang luar biasa, tetapi beliau lebih memilih menimpakan rasa sakitnya itu kepada dirinya dan tidak kepada umatnya. Nabi Muhammad yang merupakan kekasih Allah tersebut bahkan merasakan sakit yang luar biasa saat sakaratul mautnya, bagaimana dengan kita. Sikap dan perilaku kita tidaklah lebih baik dari beliau dan bahkan lebih buruk. Penderitaan dan siksaan apa yang akan kita rasakan saat menghadapi sakaratul maut nanti? Wallahualam.

Sumber :
- http://artikel.sabda.org/penderitaan 
- http://filsafat.kompasiana.com/2014/02/27/penderitaan--635082.html
- Ensiklopedi Islam untuk Anak